I must consume Fluoxetine for three days. Am I so depressed?

Belakangan ini aku banyak pikiran. Tugas, latihan, dan kurang istirahat. Aku pernah bilang kalau aku sangat benci dengan jadwalku. Senin sampai minggu bener bener gak ada liburnya. Gak ada istirahat. Itu gak adil buat aku. Buat mentalku sebenarnya. Bayangkan aja, di luar negeri mereka menyeimbangkan pekerjaan dan liburan. Di Indonesia sendiri, pegawai swasta kerja dari senin sampai sabtu, sedangkan minggu dihabiskan untuk merefresh otak atau sekedar istirahat. Orang orang yang kerja di lokasi,walaupun mereka kerja nonstop beberapa bulan, tapi mereka diberi waktu buat off tergantung kewenangan berapa lama dari perusahaan tempat mereka bekerja. Sedangkan aku, senin sampai minggu belum tentu bisa libur. Kemungkinan besar aku gak melakukan kegiatan itu ketika tanggal merah di hari libur nasional. Aku bahkan sangat jarang pulang ke Balikpapan untuk ketemu orang tua. 

Sampai akhirnya kejadian saat sebelum test SNMPTN keulang lagi. Aku lagi dihadapi sama tugas yang sangat memberatkan. Kata temanku karena aku yang membuat tugas itu ribet. Yang jelas aku seperti di kejar kejar oleh tugas, sedangkan waktu aku buat ngerjakan tugas terbatas. Akhirnya aku nangis, senangis nangisnya sampai akhirnya aku teriak teriak gak terkendali.  Untuk yang kedua kalinya aku begitu. 

Minggu kemarin, aku naik motor,  bengong, tiba tiba nangis, bengong lagi, hingga akhirnya aku sampai di Samarinda sebrang.  Hujan, tapi aku terus jalan dengan motorku. Dari baju hingga sepatuku basah kuyup. Aku gak tau kenapa aku gak berhenti untuk berteduh, aku Cuma ingin lari dari kenyataan. Hingga akhirnya aku sampai di rumah temanku. Dia kaget,  menawarkan aku baju ganti tapi aku menolaknya. Aku Cuma nangis. Akhirnya aku diberi jas hujan, dan melanjutkan perjalananku. Dengan bajuku yang basah dan dilapisi jas hujan, aku melanjutkan perjalananku. Aku menelpon papa, bilang kalau aku akan ke Balikpapan. Papa juga mengizinkan. Akhirnya aku melanjutkan perjalananku.... ke Balikpapan....naik motor dan sendirian. How cool I am!

Di perjalanan aku mikir. Coba aku jatuh dari lantai 2 kost ya. Atau diperjalanan menuju balikpapan ini aku tertabrak mobil. Sehingga aku bisa mengalami patah tulang dan diopname di rumah sakit. Aku juga membayangkan aku berhenti kuliah, lari dari semua kegiatan dan tinggal bersama mama di Tarakan, memulai kehidupan baru. Atau aku akan berhenti kuliah dan dimasukkan di pesantren. Aku lebih memilih semua itu daripada harus menjalani kehidupanku yang sekarang. Aku muak. Aku capek.

Motorku melaju 40 km/jam. Lambat sekali. Hingga aku tiba di Balikpapan. Lebih dari 3 jam aku naik motor dengan pakaian basah kuyup. Aku senang. Aku pikir aku akan sakit, tapi Tuhan  tetap gak mengizinkan aku sakit atau mengalami kecelakaan. Sampai aku di rumah, yang pertama kali yang aku temui adalah Sunday, kucingku. Aku berganti pakaian seadanya. FYI, aku ke Balikpapan membawa laptop dan partitur aja. Aku sama sekali gak bawa pakaian ganti.  Aku memeluk kucingku, menangis mengisahkan apa yang aku alami ke papa dan abang. Aku nangis, sejadi jadinya. Papa peluk aku buat nenangin aku. Aku tetap nangis. Aku minta di bawa ke dokter. Harapanku bahwa aku sakit belum hilang. Tapi hampir sebagian klinik dan dokter praktik sudah tutup. Sudah jam 10. Aku tetap merengak minta di bawa ke rumah sakit. Papa, hanya membawaku keliling keliling dengan mobilnya. Aku memeluk Sunday, gak sadar kalau aku hanya di bawa keliling. Aku tetap meminta ke papa kalau aku mau ke rumah sakit. Akhirnya aku menelpon temanku, mendapatkan masukan dari dia. Dia meyakinkanku untuk balik ke Samarinda, tetap kuliah. Padahal aku sudah sampai di depan RS Restu Ibu. “Pa, fita mau pulang”, itu yang aku bilang ke papaku.  Subuhnya, papa mengantarku ke Samarinda. Aku kuliah, tanpa mandi. Dengan kemeja yang gak disetrika, celana bekas kemarin, dan jaket aku pergi kuliah. Tapi ditengah pelajaran aku sama sekali gak fokus. Gak konsen. Akhirnya aku menelpon papaku untuk jemput aku. “Pa, fita gak tahan. Fita mau pulang. Ayo ke Balikpapan”.  Aku izin ke Dosen. Dosen yang baik. Aku bilang kalau sedang sakit dan papa sedang menunggu di luar. Ia mengizinkan. Sesaat aku sudah memegang gagang pintu, ia bertanya “Sakit apa?”, karena aku bingung jawab apa, aku hanya berkata “Sakit jiwa pak” dan seluruh kelas tertawa.  Ya mungkin aku benar benar sakit jiwa. Sampai akhirnya aku meminta papa untuk menemui psikolog di RSJ. Ya, aku ke rumah sakit jiwa, dan disana banyak orang gila berkeliaran. Aku berpikir, apakah aku satu diantara mereka. Tapi sepertinya tidak, karena aku masih bisa berpikir. Hahaha. Aku bilang ke dokter itu. Kisahku, apa  yang kukeluhkan. Kata dokter aku harus memilih dari semua kegiatan kegiatanku. Satu diantara empat kegiatanku. Tanpa paksaan. Dan aku harus meninggalkan sisanya. Jadi aku akan fokus terhadap satu kegiatanku itu.

Dokter gak bilang aku kenapa. Entah stress, depresi atau emang gila. Aku hanya diberi resep obat. Fluoxetine. Kalian cari tau sendiri fluoxetine itu obat apa ;)


Note; Untuk sementara aku masih istirahat entah untuk beberapa lama. Tapi tetap pilihanku itu kewajibanku, tapi hobiku juga gak bisa ditinggalkan gitu aja. Jadi untuk meredakan stress, mereka(papa,mama, teman) menyruhku untuk istirahat dulu. Mereka janji bakal bolehin kegiatan-kegiatan lain setelah aku sembuh :)

1 komentar:

  1. menurutu buku tata sutarma fluoxetineue itu adalah obat... terima kasih

    BalasHapus

 

I Love These Books

Book recommendations, book reviews, quotes, book clubs, book trivia, book lists

Love this song