Sampai akhirnya kejadian saat sebelum test SNMPTN keulang
lagi. Aku lagi dihadapi sama tugas yang sangat memberatkan. Kata temanku karena
aku yang membuat tugas itu ribet. Yang jelas aku seperti di kejar kejar oleh
tugas, sedangkan waktu aku buat ngerjakan tugas terbatas. Akhirnya aku nangis,
senangis nangisnya sampai akhirnya aku teriak teriak gak terkendali. Untuk yang kedua kalinya aku begitu.
Minggu kemarin, aku naik motor, bengong, tiba tiba nangis, bengong lagi,
hingga akhirnya aku sampai di Samarinda sebrang. Hujan, tapi aku terus jalan dengan motorku.
Dari baju hingga sepatuku basah kuyup. Aku gak tau kenapa aku gak berhenti
untuk berteduh, aku Cuma ingin lari dari kenyataan. Hingga akhirnya aku sampai
di rumah temanku. Dia kaget, menawarkan
aku baju ganti tapi aku menolaknya. Aku Cuma nangis. Akhirnya aku diberi jas
hujan, dan melanjutkan perjalananku. Dengan bajuku yang basah dan dilapisi jas
hujan, aku melanjutkan perjalananku. Aku menelpon papa, bilang kalau aku akan
ke Balikpapan. Papa juga mengizinkan. Akhirnya aku melanjutkan perjalananku....
ke Balikpapan....naik motor dan sendirian. How cool I am!
Di perjalanan aku mikir. Coba aku jatuh dari lantai 2 kost
ya. Atau diperjalanan menuju balikpapan ini aku tertabrak mobil. Sehingga aku
bisa mengalami patah tulang dan diopname di rumah sakit. Aku juga membayangkan
aku berhenti kuliah, lari dari semua kegiatan dan tinggal bersama mama di
Tarakan, memulai kehidupan baru. Atau aku akan berhenti kuliah dan dimasukkan
di pesantren. Aku lebih memilih semua itu daripada harus menjalani kehidupanku
yang sekarang. Aku muak. Aku capek.
Motorku melaju 40 km/jam. Lambat sekali. Hingga aku tiba di
Balikpapan. Lebih dari 3 jam aku naik motor dengan pakaian basah kuyup. Aku
senang. Aku pikir aku akan sakit, tapi Tuhan
tetap gak mengizinkan aku sakit atau mengalami kecelakaan. Sampai aku di
rumah, yang pertama kali yang aku temui adalah Sunday, kucingku. Aku berganti
pakaian seadanya. FYI, aku ke Balikpapan membawa laptop dan partitur aja. Aku
sama sekali gak bawa pakaian ganti. Aku
memeluk kucingku, menangis mengisahkan apa yang aku alami ke papa dan abang.
Aku nangis, sejadi jadinya. Papa peluk aku buat nenangin aku. Aku tetap nangis.
Aku minta di bawa ke dokter. Harapanku bahwa aku sakit belum hilang. Tapi
hampir sebagian klinik dan dokter praktik sudah tutup. Sudah jam 10. Aku tetap
merengak minta di bawa ke rumah sakit. Papa, hanya membawaku keliling keliling
dengan mobilnya. Aku memeluk Sunday, gak sadar kalau aku hanya di bawa
keliling. Aku tetap meminta ke papa kalau aku mau ke rumah sakit. Akhirnya aku
menelpon temanku, mendapatkan masukan dari dia. Dia meyakinkanku untuk balik ke
Samarinda, tetap kuliah. Padahal aku sudah sampai di depan RS Restu Ibu. “Pa,
fita mau pulang”, itu yang aku bilang ke papaku. Subuhnya, papa mengantarku ke Samarinda. Aku
kuliah, tanpa mandi. Dengan kemeja yang gak disetrika, celana bekas kemarin,
dan jaket aku pergi kuliah. Tapi ditengah pelajaran aku sama sekali gak fokus.
Gak konsen. Akhirnya aku menelpon papaku untuk jemput aku. “Pa, fita gak tahan.
Fita mau pulang. Ayo ke Balikpapan”. Aku
izin ke Dosen. Dosen yang baik. Aku bilang kalau sedang sakit dan papa sedang
menunggu di luar. Ia mengizinkan. Sesaat aku sudah memegang gagang pintu, ia
bertanya “Sakit apa?”, karena aku bingung jawab apa, aku hanya berkata “Sakit
jiwa pak” dan seluruh kelas tertawa. Ya
mungkin aku benar benar sakit jiwa. Sampai akhirnya aku meminta papa untuk
menemui psikolog di RSJ. Ya, aku ke rumah sakit jiwa, dan disana banyak orang
gila berkeliaran. Aku berpikir, apakah aku satu diantara mereka. Tapi
sepertinya tidak, karena aku masih bisa berpikir. Hahaha. Aku bilang ke dokter
itu. Kisahku, apa yang kukeluhkan. Kata
dokter aku harus memilih dari semua kegiatan kegiatanku. Satu diantara empat
kegiatanku. Tanpa paksaan. Dan aku harus meninggalkan sisanya. Jadi aku akan
fokus terhadap satu kegiatanku itu.
Dokter gak bilang aku kenapa. Entah stress, depresi atau
emang gila. Aku hanya diberi resep obat. Fluoxetine. Kalian cari tau sendiri fluoxetine itu obat apa ;)
Note; Untuk sementara aku masih istirahat entah untuk beberapa lama. Tapi tetap pilihanku itu kewajibanku, tapi hobiku juga gak bisa ditinggalkan gitu aja. Jadi untuk meredakan stress, mereka(papa,mama, teman) menyruhku untuk istirahat dulu. Mereka janji bakal bolehin kegiatan-kegiatan lain setelah aku sembuh :)